Di pagi hari
ini sungguh berbeda dengan pagi sebelumnya, sinar mentari yang biasanya
menerobos masuk ke sela-sela jendela kamarku kini sudah tidak bisa kurasakan
lagi, sinar yang dulu menyinari wajahku hingga ku terbangun kini sudah tidak
berpengaruh lagi. Aku mencoba membuka mata ku berharap akan terlihat setitik
sinar namun apadaya semua itu sungguh terasa berat, kini kenyataan tetaplah
kenyataan aku tidaklah bisa melihat
indahnya warna-warni dari mataku lagi. Aku yang saat ini sudah siap dengan
pakaian sekolahku mulai berjalan perlahan-lahan menuju ruang makan yang bisa ku
tebak pasti sudah ada ayah dan ibuku disana. Setelah sarapan aku pamit kepada
kedua orang tuaku dan langsung diantar pak Joe menuju sekolahku dengan mobil. Jarak rumahku dengan sekolah cukup menempuh jarak
yang jauh sehingga membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di sekolah.
Sesampainya di
sekolah pak Joe langsung mengantarkan ke depan kelas ku yang tidak jauh dari
pintu gerbang sekolah. Setibanya disana aku langsung disambut teman-teman
sekelas ku dan menggiringku ke tempat duduk. Banyak dari mereka yang merasa
kasihan dengan ku , mungkin mereka khawatir dengan ketidak hadiranku selama
lebih dari 1 bulan namun setelah aku datang dan melihat kondisi ku sekarang
mereka cukup sedih dan ikut merasakan apa yang aku rasakan sungguh menyedihkan.
Satu hari
berlalu semua terasa berbeda bagiku. Kini hari-hari ku sudah tidak ada warnanya
lagi hanya hitam yang bisa aku lihat dan hanya pendengaran yang membantu ku
melihat dalam imajinasiku. Jika saja kejadian itu tidak terjadi mungkin aku tidak
akan seperti ini, bukan maksudku tidak menerma nasip hidup ini, hanya saja aku
merasa menyesali itu semua sekarang. Mungkin sudah terlambat untuk menyesali
itu semua sekarang karena jika saja aku tidak bertemu dengannya saat itu
mungkin aku tidak akan jadi seperti ini.
Seseorang
yang hanya aku kenal dari media sosial yang dimana aku tidak pernah bertemu
dengan dia sebelumnya mengajak ku untuk bertemu pada jam 22.00 malam tepat setelah aku dan keluarga sampai
dirumah, seseorang itu mengabarkan bahwa dia sudah berada tak jauh dari tempat
tinggalku. Entah aku yang bodoh atau semacamnya karna aku mengiyakan dan
berbohong kepada ayah dan ibuku kalo aku ingin ke minimarket terdekat untuk
membeli keperluan sekolah lusa.
Setelah berjalan
cukup jauh keluar ke taman yang berada diluar perumahanku, aku menemukan
seseorang itu berada didalam mobil hitam yang berhenti dipinggir taman. Dia pun
langsung menyuruhku masuk kedalam mobil yang didalamnya terdapat seseorang itu
bersama satu temannya yang juga laki-laki. Aku yang saat itu mulai merasa gugup
dan menyesali keputusanku ini hanya bisa diam dibangku belakang, taklama seseorang
itu menuruh temannya untuk menyetirkan mobil. Dan selama perjalanan hanya ada
kesunyian, aku yang masih merasa gugup hanya bisa berdoa dalam hati dan
menggenggam kedua tanganku.
Taklama seeorang
itu mulai mendekat disampingku dan mulai berbasa-basi mengucapkan ,” Hai, apa
kabar ? ..... tidak usah gugup seperti itu.” Karena merasa aku hanya diam saja
seseorang itu mulai menyentuh tanganku dan sungguh membuatku sedikit terkejut,
dia pun mulai mengeluarkan senyum menyeramkan. Perlahan demi perahan dia
mendekatkan bibirnya ke bibirku, aku yang merasa tidak terima dengan perlakuannya
hanya bisa memberontak menolak dengan gerakan untuk menjauh darinya. Namun apa
daya badanku yang terlampau kecil darinya, sungguh susah untuk ku berteriak
karna dia yang masih berusaha menciumku dan mencengkram kedua tanganku dengan
satu tangan besarnya itu. Mobil ini masih terus berjalan dengan aku yang
menangis dan berdoa dalam hati berusaha untuk keluar dri situasi ini.
Aku takut
sungguh takut hingga dia mencoba melakukan hal tidak senonoh lainnya
kepadaku,walau aku berteriak sekalipun dia tetep melakuan hal itu bahkan
sesekali menamparku hingga kepalaku membentur jendela disampingku itu cukup
membuat kepalaku pusing yang membut semua energiku sedikit demi sedikit mulai
melemah karena berusaha berontak. Hingga tiba saat dia mulai mencoba memberikan
siletan demi siletan tajam diwajahku dengan karter sungguh perih yang kurasakan
darah mengalir disetiap sisi wajahku. Aku menangis dan meraung-raung memohon
agar dia berhenti melakukannya namun dia yang tidak menerima perlakuanku mulai
mncoba menusuk kedua bola mataku dengan karter ditanganya itu.
Tak lama dari
kejadian itu aku pingsan dan tidak sadarkan diri, selama satu minggu aku sempat
tidak sadarkan diri dan membuatku cukup depresi dengan kejadian kemarin dengan kenyataan
bahwa aku buta karena kejadian itu sungguh membuat ku ingin mengakhiri hidup
saja. Walau aku sudah tau kedua pelaku itu sudah dimasukan kedalam jeruji besi
tetapi tidaklah cukup untuk penderitaan baru yang aku rasakan saat ini. Penyesalan
meman selalu datang terakhir,bahkan berbohong kepada orang tua pun tiak lah
boleh kita lakukan, semua yang kini kurasakan hanya rasa syukur karena masih
diberikan kehidupan lagi walau sudah tidak seperti dulu tetapi aku tetap
bersykur dan mencoba menjalani hidup baru dengan bahagia .
SELESAI
#sabtulis